jogjaversitas.com – Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta adalah destinasi wisata sejarah yang menawarkan wawasan mendalam tentang perjuangan bangsa Indonesia. Terletak strategis di pusat Kota Yogyakarta, museum ini menempati bangunan benteng peninggalan kolonial Belanda yang dibangun pada tahun 1760 atas permintaan Gubernur Nicolaas Harting.
Awalnya bernama Rustenburg yang berarti ‘tempat peristirahatan’, benteng ini kemudian berganti nama menjadi Vredeburg atau ‘benteng perdamaian’ setelah mengalami renovasi pasca gempa bumi tahun 1867.
Kini, Museum Benteng Vredeburg menyajikan berbagai koleksi yang menggambarkan perjalanan sejarah Indonesia. Pengunjung dapat menjelajahi diorama-diorama yang menampilkan peristiwa penting, mulai dari masa Perang Diponegoro hingga era Orde Baru.
Selain itu, museum ini juga menyimpan artefak bersejarah seperti senjata tradisional, mata uang kuno, dan pakaian adat dari berbagai daerah di Indonesia. Dengan mengunjungi museum ini, wisatawan dapat memperoleh pemahaman yang lebih dalam tentang sejarah dan budaya Indonesia dalam suasana yang edukatif dan menarik.
Sejarah Benteng Vredeburg
Pembangunan Benteng Vredeburg tidak terlepas dari berdirinya Kesultanan Yogyakarta pada tahun 1755. Setelah pembangunan keraton, pihak Belanda merasa perlu membangun benteng untuk mengawasi perkembangan keraton dan menjaga keamanan mereka.
Atas permintaan Belanda, Sultan Hamengkubuwono I mengizinkan pembangunan benteng sederhana pada tahun 1760 yang kemudian diperkuat dan disempurnakan pada tahun 1767 di bawah pengawasan arsitek Belanda, Frans Haak. Benteng ini awalnya diberi nama “Rustenburg” yang berarti “benteng peristirahatan”.
Namun, setelah mengalami kerusakan akibat gempa bumi pada tahun 1867, benteng ini direnovasi dan namanya diubah menjadi “Vredeburg” yang berarti “benteng perdamaian”.
Selama pendudukan Jepang pada tahun 1942, benteng ini diambil alih dan digunakan sebagai markas militer dan penjara perang. Setelah Indonesia merdeka, Benteng Vredeburg berfungsi sebagai markas militer hingga akhirnya pada tahun 1980-an dialihfungsikan menjadi museum yang diresmikan pada 23 November 1992.
Koleksi dan Diorama
Museum Benteng Vredeburg menyajikan berbagai koleksi yang menggambarkan perjuangan bangsa Indonesia dalam meraih kemerdekaan. Terdapat empat ruang diorama utama yang menampilkan peristiwa-peristiwa bersejarah, antara lain:
-
Diorama I: Menggambarkan peristiwa dari Perang Diponegoro hingga masa pendudukan Jepang (1825-1942).
-
Diorama II: Menampilkan peristiwa dari awal kemerdekaan hingga Agresi Militer Belanda I (1945-1947).
-
Diorama III: Menceritakan peristiwa dari Perjanjian Renville hingga pengakuan kedaulatan Republik Indonesia Serikat (1948-1949).
-
Diorama IV: Menampilkan periode Negara Kesatuan Republik Indonesia hingga masa Orde Baru (1950-1974).
Selain diorama, museum ini juga memiliki koleksi foto, replika, dan artefak sejarah lainnya yang memberikan wawasan mendalam tentang perjuangan bangsa Indonesia.
Jam Operasional dan Harga Tiket
Museum Benteng Vredeburg buka setiap hari dengan jam operasional sebagai berikut:
-
Senin – Kamis: 08.00 – 20.00 WIB
-
Jumat – Minggu: 08.00 – 22.00 WIB
Harga tiket masuk:
-
Senin – Kamis:
-
Anak-anak: Rp10.000
-
Dewasa: Rp15.000
-
Wisatawan asing: Rp30.000
-
-
Jumat – Minggu (08.00 – 16.00 WIB):
-
Anak-anak: Rp15.000
-
Dewasa: Rp20.000
-
Wisatawan asing: Rp40.000
-
-
Jumat – Minggu (16.01 – 22.00 WIB):
-
Anak-anak: Rp20.000
-
Dewasa: Rp25.000
-
Wisatawan asing: Rp50.000
-
Lokasi Museum Benteng Vredeburg
Museum Benteng Vredeburg berlokasi di Jalan Margo Mulyo No. 6, Ngupasan, Kecamatan Gondomanan, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta 55122. Letaknya yang strategis di kawasan nol kilometer Yogyakarta, berseberangan dengan Gedung Agung dan dekat dengan Keraton Yogyakarta, menjadikannya mudah diakses oleh wisatawan.
Museum Benteng Vredeburg menawarkan pengalaman edukatif bagi pengunjung yang ingin memahami lebih dalam tentang sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Dengan berbagai koleksi dan diorama yang informatif, museum ini menjadi destinasi yang tepat bagi pecinta sejarah dan budaya.